Aksi Mahasiswa = Student Protest ? Lalu apa....

Diposting oleh sebastian-Nomor1 on Minggu, 13 Maret 2011

Siapa bilang sikap kritis mahasiswa hanya tampak dengan demonstrasi, turun ke jalan atau dengan istilah halus versi mahasiswa: aksi? Tidak adakah cara lain yang lebih bermartabat yang bisa dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka menunjukkan eksistensinya?

Inilah kalimat yang menggelitik telinga saya ketika berdiskusi dengan salah seorang sahabat, Kang Yahya Al-Bunny, seusai kajian di Ma'had Ki Bagus Hadikusumo. Saya pribadi sering resah ketika melihat mahasiswa yang 'sok' bersenjatakan corong itu mulai beraksi di tepi bahkan tengah jalan. Berteriak "Hidup rakyat Indonesia !!" dan "Hidup Mahasiswa" bertalu-talu. Alasannya? Jelas, arogansi dan bahkan sering kali anarkis.

Tetapi alasan saya tidak sesederhana itu, mahasiswa seharusnya tidak hanya 'cuman ngomong' doang. Lalu apa yang bisa dilakukan? Percuma berteriak-teriak hidup rakyat Indonesia !!, bila dia sendiri tidak pernah terjun langsung ke masyarakat. Membantu dengan apa yang dia pelajari di bangku kuliah. Jangankan mengaplikasikan ilmu yang dipelajari, maaf, sepengetahuan saya, kebanyakan yang senang berdemo itu, gelar mahasiswa hanya 'status' semata. Kuliah jarang tetapi berangan-angan menyejahterakan rakyat. Dengan cara apa hal itu bisa terjadi?

Dalam pandangan saya, seharusnya yang dilakukan mereka pertama kali adalah kuliah yang serius. Tidak harus dengan selesai cepat ataupun IPK melangit. Cukup mempelajari dan menekuni mata kuliah yang sudah dipilihnya lalu kelak mengaplikasikannya dalam kehidupan masyarakat.

Kalau boleh memakai isitlah "deathclassing" atau "bunuh diri kelas", itulah yang belum dilakukan oleh kebanyakan mahasiswa. Ya, saya tulis sekali lagi, belum dilakukan oleh kebanyakan mahasiswa. Bunuh diri kelas dilakukan dengan benar-benar mau tinggal bersama masyarakat (life in) dan melepas status 'priyayi' mahasiswa dan langsung benar-benar turun ke masyarakat. Mengadakan penyuluhan, memberikan infomasi terkini ataupun apapun itu yang dibutuhkan masyarakat.

Sayangnya, kebanyakan, yang 'sok' berjuang demi rakyat itu, ketika pulang ke rumahnya (kampung halamannya) hanya menjadi orang asing di negeri sendiri. Bingung dan gagap dengan yang harus dia lakukan terhadap masyarakat.

Manakah eksistensi itu? Mungkin tidak salah jika saya katakan, teriakan itu hanyalah sebuah student protest yang tanpa esensi.

Wallahu a'lam.

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar