STRATEGI MEDIA

Diposting oleh sebastian-Nomor1 on Senin, 04 April 2011

STRATEGI MEDIA

PROSES PERENCANAAN MEDIA
Kategori dan sarana media dipilih dengan tujuan membangun ekuitas jangka panjang suatu merek. Memilih media dan sarana, dalam berbegai kaitan, merupakan yang paling sulit dari semua keputusan komunikasi pemasaran karena banyaknya keputusan yang harus dibuat. Selain menentukan kategori media umum mana yang akan digunakan ( misalnya televisi, radio, majalah ), perencana media juga harus memilih sarana khusus dalam setiap media dan memutuskan mengalokasikan anggaran yang ada diantara berbagai alternatif media dan sarana. Keputusan lainnya meliputi penentuan kapan akan memasang iklan, memilih lokasi geografis tertentu dan memutuskan bagaimana mendistribusikan anggaran secara berkelanjutan.
Perencanaan media meliputi proses penyusunan rencana penjadwalan yang menunjukan bagaimana waktu dan ruang periklanan akan mencapai tujuan pemasaran. Strategi Pemasaran menyeluruh (terdiri dari identifikasi pasar sasaran dan seleksi bantuan pemasaran ) memberi tekanan dan arah pilihan pemasangan iklan serta strategi media. Strategi periklanan yang meliputi tujuan periklanan, anggaran, dan pesan serta strategi media secara alamiah biasanya lebih luas dari keseluruhan strategi pemsaran.
Strategi media perlu dikembangkan dari strategi media yang lebih umum. Strategi media itu sendiri terdiri dari empat kegiatan yang saling berkaitan. Diantaranya ;
  1. Memilih Audiens
  2. Menspesifikasi tujuan media
  3. Memiih Kategori media dan sarana
  4. Membeli media

MEMILIH AUDIENS SASARAN
Syarat pertama yang harus dipenuhi agar strategi media berhasil adalah menetukan audiens sasaran. Kegagalan untuk mengidentifikasi audiens dengan tepat dapat menyebabkan hilangnya exposure, yaitu, beberapa calon nonpembeli dihadapkan pada iklan – iklan sementara beberapa calon utama ( yaitu, pasangan-pasangan tanpa anak yang tinggal di rumah) sebagai sasaran utamanya dari usaha pemasangan iklan dan pengiriman pos langsung untuk 9-5.
Empat faktor utama yang digunakan untuk mensegmentasi audiens sasaran dalam strategi media adalah : 1. Geografis, 2. Demografis, 3. Pemakaian produk (misalnya, pemakai produk berat, sedang, dan ringan) dan 4. Gaya hidup /psikografis. Informasi tentang pemakaian produk bila ada umumnya menyediakan dasar yang paling berarti untuk mensegmentasi audiens sasaran.
MENENTUKAN TUJUAN MEDIA
Aspek kedua dari strategi media adalah menentukan tujuan khusus. Lima tujuan berikut merupakan dasar perencanaan media : jangkauan, frekuensi, bobot, kuantitas, dan biaya. Para perencana media harus mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut : 1. Berapa jumlah audien sasaran yang harus melihat, membaca, atau mendengar pesan periklanan selama masa tertentu? (suatu isu jangkauan), 2. Seberapa seringkah audiens sasaran harus dihadapkan pada periklanan selama ini ? ( suatu isu frekuensi ), 3. Seberapa banyakkah periklanan total yang diperlukan selama massa tertentu untuk mencapai tujuan jangkauan dan frekuensi ( suatu isu bobot ), 4. Bagaimana anggaran periklanan harus dialokasikan sepanjang waktu ? ( Suatu isu kontinuitas ), 5. Apa cara yang paling murah untuk mencapai tujuan lainnya ? ( suatu isu biaya ).

JANGKAUAN
Presentase audiens sasaran yang diekspos sekurang-kurangnya satu kali dengan pesan pemasangan iklan selama jangka waktu tertentu ( biasanya empat minggu ) disebut jangkauan (reach). Dengan Kata lain, jangkauan merepresentasikan atau lebih selama periode waktu empat minggu. Ada beberapa cara faktor yang menentukan jangkauan kampanye pemasangan iklan. Secara umum, jika suatu jadwal media menggunakan media ganda dan bukan media tunggal, maka lebih banyak orang yang akan dijangkau. Pada umumnya, semakin banyak media yang digunakan, semakin besar kesempatan suatu pesan iklan sampai kepada orang-orang yang perilaku medianya berbeda. Jangkauan itu sendiri merupakan tujuanyang tidak memadai untuk perencanaan media karena tidak bisa menyatakan sesuatu mengenai seberapa sering pelanggan sasaran dihadapakan pada pesan pemasangan iklan. Karenanya, frekuensi exposure periklanan juga harus dipertimbangkan.

FREKUENSI
Jumlah waktu, secara rata-rata, dalam periode empat minggu dimana para anggota audiens sasaran diekspos kepada sarana media ( melihat, membaca, atau mendengar ) yang termasuk dalam jadwal media tertentu disebut sebagai frekuensi rata-rata ( atau hanya frekuensi).
BOBOT
Tujuan ketiga dalam perumusan rencana media adalah menentukan berapa bobot periklanan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan periklanan. Gross Rating Points atau GRPs merupakan indikator jumlah bobot kotor, atau hanya bobot, yang dapat disampaikan jadwal periklanan tertentu. Istilah Gross adalah kuncinya. Jumlah GRPs menunjukkan gross coverage atau duplicated audience yang diekspos terhadap jadwal periklanan tertentu ( bandingkan dengan istilah-istilah ini dengan istilah-istilah alternatif yang diberikan sebelumnya untuk jangkauan-yaitu, net coverage atau unduplicated audience.

Menentukan GRPs dalam Praktik.
Dalam praktik periklanan, para perencana media melakukan pembelian media dengan merumuskan berapa banyak GPRs yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Walaupun demikian, karena distribusi frekuensi tidak diketahui sebelum fakta (yaitu, pada saat jadwal media ditentukan), para perencana media membutuhkan cara lain untuk menentukanberapa banyak GRPs yang akan dihasilkan dari jadwal tertentu. Dalam kenyataanya, ada cara sederhana untuk membuat penentuan ini. GRPs dipastikan dengan hanya menjumlahkan peringkat yang diperoleh setiap sarana yang termasuk dalam jadwal media prospektif. Ingatlah, GRPs tidak lebih dari jumlah semua peringkat sarana dalam jadwal media.

Konsep Effective Rating Points (ERPs)
Jadwal media alternatif biasanaya dibandingkan dalam batas-batas jumlah GRPs yang dihasilkan oelh masing-masing jadwal tersebut. Akan tetapi, juga penting utnuk diketahui jika semakin besar GRPs tidak langsung menunjukkan keunggulan. Jangkauan effective (effective reach) didasarkan pada ide bahwa suatu jadwal periklanan hanya akan efektif nila dapat menjangkau para anggota audiens sasaran waktu yang tidak terlalu singkat atau terlalu lama. Dengan kata lain, ada rentang exposure optimum teoritis terhadap suatu iklan dengan batas minimum dan maksimum. Tetapi apa yang menunjukkan exposure yang terlalu singkat atau terlalu lama ?. Ini merupakan salah satu isu yang paling rumit dalam semua periklanan, Satu-satunya pernyataan yang dapat dibuat dengan pasti ialah “Tergantung”.

Berapa Banyak Exposure yang dibutuhkan ?
Dari pembahasan terdahulu dapat disimpulkan bahwa jumlah minimum dan maksimum dari exposure yang efektif dapat ditentukan hanya dengan melakukan riset yang canggih. Karena Riset seperti ini memakan waktu dan mahal, maka para perencana media dan pemasang iklan umumnya menggunakan peraturan/petunjuk praktis dan bukan riset, untuk menentukan efektivitas exposure. Industri periklanan sangat dipengaruhi oleh apa yang disebut hipotesis tiga exposure yang menunjukkan jumlah minimum exposure yang dibutuhkan agar periklanan menjadi efektif.
Suatu Pendekatan Alternatif : Prosedur Indeks – Efisiensi
Para pakar periklanan telah mengajukan suatu pendekatan alternatif bagi doktrin tiga exposure. Tujuan prosedur indeks frekuensi adalah untuk memilih jadwal media (dari seperangkat jadwal alternatif) yang menghasilkan nilai exposure yang paling banyak per GRP atau dengan kata lain, memberikan “letusan lebih besar untuk rusa jantan”.

Tujuan yang efektif dalam Praktik Periklanan
Meskipun perencanaan jangkauan yang efektif telah dipraktikkan secara luas oleh para pemasang iklan produk konsumen yang besar, namun para perencana media tetap terpecah dalam mendefenisikan apa itu jangkauan efektif. Meskipun demikian, pandangan yang paling luas diterima adalah kurang dari tiga exposure selama jadwal media 4 minggu umumnya dianggap tidak efektif, sementara lebih dari 10 exposure selama periode ini dianggap berlebihan. Jadi rentang jangkauan efektif dapat dianggap sebagai tiga berbanding 10 exposure selama periode perencana media terbentuk, yang biasanya adalah 4 minggu.
Pemakaian jangkauan yang efektif dan bukan gross ratting points sebagai dasar perencanaan media dapat mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseluruhan strategi media. Secara, khusus perencanaan jangkauan yang efektif umumnya mengarah pada penggunaan media ganda ketimbang televisi, yang sering dugunkan apabila yang ditetapkan adalah kriteria gross ratting points.

KONTINUITAS
Tujuan umum keempat yang harus dipenuhi oleh perencana media adalah waktu pemasangan iklan. Kontinuitas (continuity) meliputi bagaimana periklanan dialokasikan selama ditayangkannya suatu kampanye periklanan. Isu dasarnya adalah : haruskah anggaran ini dihabiskan dalam periode yang terkonsenterasi untuk mencapai pengaruh yang paling banyak ; atau apakah beberapa jadwal lain diantara kedua ekstrim ini harus digunakan ? Seperti biasanya, penentuan apa yang terbaik tergantung pada situasi pasar produk khusus. Meskipun demikian, jadwal periklanan yang seragam umumnya mengahasilkan terlalu sedikit bobot periklanan pada suatu waktu. Disisi lain, jadwal yang sangat terkonsenterasi menyebabkan exposure yang berlebihan selama masa tayang iklan dan tidak ditayangkannya iklan pada waktu lainnya.
Para pemasang iklan mempunyai tiga alternatif umum yang berhubungan dengan penglalokasian waktu anggaran selama berlangsungnya kampanye; jadwal yang kontinu , pulsing, dan flighting.

Jadwal yang Kontinu
Dalam suatu jadeal periklanan yang kontinu, jumlah dolar iklan yang sama atau relatif sama akan diinvestasikan sepanjang kampanye berlangsung.
Pulsing
Dalam sebuah jadwal periklanan pulsing, digunakan beberapa iklan selama setiap periode kampanye, tetapi jumlahnya sangat bervariasi dari periode ke periode
Flighting
Dalam suatu jadwal flighting, pemasang iklan mengeluarkan biaya yang bervariasi selama kampanye dan tidak mengalokasikan biaya pada beberapa bulan.

Periklanan Model Shelf-Space
Beberapa praktisi periklanan berpendapat bahwa jadwal periklanan flighted dan pulsed memerlukan biaya media yang sangat besar khususnya biaya iklan di televisi jaringan. Beberapa pemasang iklan, menurut argumen ini, para pemasang iklan secara konsisten sepanjang tahun.
Karena flighting merupakan suatu on-and off proposition, maka mari kita perhatikan dengan analogi apa yang akan terjadi pada penjualan merek tertentu bila tempat penyimpangan pengecer terkadang kosong ketika konsumen berbelanja di toko. Jelas tidak akan terjadi penjualan selama periode-periode stockout karena tempa penyimpanan (rak-rak) kosong. Penjualan hanya akan terjadi apabila rak-rak itu berisi sejumlah produk. Ini, dalam pengertian tertentu, merupakan ciri dari jadwal periklanan flighted.
Bukti empiris (meskipun bersifat sementara) telah menunjukkan bahwa exposure pertama terhadap periklanan sangat mempengaruhi penjualan dari exposure tambahan.

Menuju Rekonsiliasi
Pandangan yang bertentangan mengenai bagaimana periklanan bekerja ini dapat dibedakan sebagai model periklanan yang kuat dan lemah. Model yang kuat menyatakan bahwa periklanan adalah penting karena mengajarkan konsumen mengenai merek-merek dan mendorong pembelian percobaan yang menuju kepada prospek pembelian berulang.
Suaru rekonsiliasi di antara pandangan-pandangan yang bertentangan ini dapat diperoleh dengan mengapresiasikan fakta bahwa iklan pada setiap titik waktu mempengaruhi presentase konsumen yang relatif kecil, yaitu mereka yang berada di pasar pada saat iklan ditayangkan.
Pertimbangan Biaya
Para perencana media berusaha untuk mengalokasikan anggaran iklan dengan cara yg efisien dari segi biaya untuk memenuhi tujuan lainnya. Salah satu indikator efisiensi media yang paling penting dan yang digunakan secara universal adalah kriteriia biaya per seribu. Biaya per seribu (disingkat CPM= cost per thousand).
CPM dan CPM TM dihitung dengan membagi biaya iklan dengan sirkulasi media dalam pasar total (CPM) atau pasar sasaran (CPM TM)
CPM= Biaya iklan : Jumlah kontak total (dinyatakan dalam ribuan)
CPM-TM = Biaya iklan : Jumlah kontak TM ( dinyatakan dalam ribuan)
Istilah kontak disini adalah pengertian umum yang meliputi segala jenis audiens iklan (penonton TV, pembaca majalah, pendengar radio, dan sebagainya).
Statistik CPM dapat disalahgunakan kecuali sarana atau wahana komunikasi dalam media tertentu dibandingkan atas dasar yang sama. Misalnya, CPM suatu jadwal periklanan pada televisi siang hari adalah lebih rendah daripada untuk waktu tayang uatama, tetapi ini hanya berlaku dalam kasus perbandingan apel dengan jeruk. Perbandinga yang tepat adalah antara jadwal dua hari atau antara dua jadwal waktu tayang utama.

Perangkat Lunak Perencanaan Media
Perencana media menghadapi tugas yang sulit untuk melakukan tradeoff yang tepat di antara tujuan-tujuan yang kadang bertentangan (jangkauan, frekuensi, dan seterusnya). Namun, secara harfiah ada ribuan jadwal periklanan yang mungkin dapat diseleksi tergantung pada bagaimana berbagai media dan sarana media itu digabungkan.
Model-model ini pada hakikatnya berusaha mengoptimalkan tujuan, atau fungsi-fungsi objektif (misalnya, memilih suatu jadwal yang menghasilkan tingkat jangkauan yang terbesar) dengan sejumlah kendala sehingga tidak melebihi batas anggaran iklan.

KAMPANYE MEDIA
Kampanye DIET DR PEPPER
Suatu kampanye periklanan utntu Diet Dr Pepper yang dikembangkan oleh agen periklanan Young & Rubicam memberikan aplikasi penjadwalan media yang patut dicontoh dan proses periklanan yang kreatif menyangkut penyusunan jadwal.

SITUASI PEMASARAN dan TUJUAN KAMPANYE
Diet Dr Pepper bersaing dalam kategori yang dinamis dan berubah secara konstan yang menjadikannya sulit untuk meningkatkan pangsa pasar serta mempertahankan pertumbuhan merek jangka panjang. Faktor-faktor penting yang menghambat pertumbuhan merek meliputi hal-hal berikut :
  • Pertumbuhan kategori yang llamban
  • Pertumbuhan minuman abad baru
  • Sensitivitas harga dari kategori minuman ringan
  • Kurangnya perhatian bottler dan fokus
  • Distribusi yang tidak memadai
  • Pengeluaran yang lebih besar daripada pesaing utama

SASARAN KAMPANYE dan Tujuannya
Audiens sasaran Diet Dr Pepper khususnya terdiri dari orang dewasa berusia 18-49 Tahun yang merupakan konsumen atau calon konsumen minuman ringan diet.


STRATEGI KREATIF DAN PROMOSI PENDUKUNG
Strategi kreatif untuk Diet Dr Pepper adalah dengan menyatakan bahawa merek iini memiliki rasa yang mirip dengan Dr Pepper biasa. Hal ini didasarakna pada hasil riset yang mengungkapkan bahwa hampir 60 % dari pemakai percobaan awal Diet Dr Pepper termotivasi oleh keinginan untuk minum-minuman awal Diet Dr Pepper biasa. Kampanye ini didukung oleh penayangan iklan 15 detik secara intensif, yang secara historis tidak digunakan dalam oleh coca-cola dan pepsi cola.
Selain Kampanye iklan, para pemasar merek Diet Dr Pepper juga melaksanakan beberapa program promosi penjualan untuk mencapai tujuan mulia mereka


STRATEGI MEDIA
Jadal iklan untuk Diet Dr Pepper menghasilkan total 1858 GRPs dengan jangkauan tahunan kumulatif sebesar 95 dan frekuensi 19,6. Nilai-nilai bobot media ini disesuaikan dengan rencana media nasional yang diringkas.
Kita dapa juga melihat jadwal media bersifat flighted sejauh iklan-iklan dipasang selama kira kira 2/3 dari 52 minggu dan tidal memasang iklan pada minggu-minggu lainnya. Singkatnya jadwal media dirancang untuk menyoroti diet Diet Dr Pepper selama berbagai peristiwa khusus dan untuk mempertahankan kontinuitas periklanan pada waktu tayang utama dan dukungan yang lebih murah pada pemrograman sindikat dan kabel sepanjang tahun.

Hasil
Kampanye Diet Dr Pepper berhasil dengan baik, bahkan melebihi tujuan ambisius yang ditetapkan untuk merek ini. Secara menyeluruh, kampanyeyang berjudul “The Taste You’ve Veen Looking For” sangat berhasil dan telah meningkatkan citra diet dr pepper serta volume penjualan, Pemakaian yang berani dan inovatif dari iklan 15 detik memungkinkan merek ini diiklankan secara agresif, untuk mempertahakan kehaadiran secara kontinu ditelevisi, dan untuk membedakan dengan pesaingnya. Periklanan yang kreatif dan seleksi media yang benar dapat menghasilkan peningkatan yang dramatis pada volume penjualan dan meningkatkan ekuituas suatu merek. Upaya periklanan ini telah membuat Dier Dr Pepper menjadi merek yang disegani.



Share/Save/Bookmark More aboutSTRATEGI MEDIA

PROGRAM PARTAI MAHASISWA REVOLUSI ( P MAWAR UPN )

Diposting oleh sebastian-Nomor1 on Jumat, 25 Maret 2011

Partai Mahasiswa Revousi ( MAWAR ) adalah partai politik kampus UPN “Veteran” Yogyakarta  yang memperjuangkan kedaulatan mahasiswa, demokratisasi kampus, kehidupan dunia kampus yang dinamis, Mempelopori atmosfer politik kemahasiswaan yang demokratis dan independen ( bab V pasal 6 tentang usaha Anggaran Dasar Partai MAWAR ). Selain itu Partai MAWAR mendorong untuk mengembangkan potensi keilmuan, kepemimpinan, dan sosial politik, berperan aktif dalam dunia kemahasiswaan, perguruan tinggi dan masyarakat untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan berkontribusi untuk revolusi bangsa.


Cita-cita partai ini disemangati oleh gerakan reformasi yang telah berhasil memukul jatuh Orde Baru dan telah merombak serta mentransformasikan tatanan sosial politik ke arah yang lebih demokratis dan memihak pada kedaulatan serta kebutuhan rakyat.

Gerakan reformasi menginspirasi Partai MAWAR untuk menuntaskan dan mewujudkan cita-cita reformasi di dalam dunia kampus bahkan menuju kepada revolusi bangsa yang belum selesai. Pada masa Orde Baru, kampus dikekang dan dipolitisasi sedimikian rupa sehingga kehilangan daya kritis dan fungsi kontrolnya terhadap Negara. Kampus, dijadikan kaki tangan dan media sosialisasi kebijakan-kebijakan pemerintah. Dampaknya adalah matinya demokrasi kampus. Karena itu, bagi Partai MAWAR, menuntaskan cita-cita reformasi hingga berarti menghidupkan dan meluruskan demokrasi kerakyatan.

Menuntaskan revolusi meluruskan demokrasi adalah platform perjuangan Partai MAWAR. Platform ini merupakan target juang yang akan dijadikan prioritas utama dalam semua agenda dan program. Untuk mewujudkan target ini, Partai MAWAR akan bersaing dengan partai-partai lain dalam meraih dukungan mahasiswa untuk mencapai kekuasaan. Jika tidak berada dalam posisi pemerintah (BEM), maka partai ini akan mengambil posisi oposisi untuk mencapai target tersebut.

Salah satu agenda reformasi Partai Mahasiswa Revousi adalah menegakkan dan meluruskan konsep Keluarga Mahasiswa. Keluarga Mahasiswa selanjutnya disingkat KM , dan ini adalah proyek revolusi yang belum selesai. KM dibangun untuk menegakkan kedaulatan dan persatuan mahasiswa yang selama ini terfragmentasi dalam sekat-sekat arogansi jurusan, lalu mewujudkan demokrasi kampus, dan kehidupan dunia kampus yang dinamis. Namun, produk yang belum selesai ini sudah mulai dilupakan mahasiswa. Bahkan, mereka kehilangan kepeloporan untuk menyelesaikannya.
Untuk, kontribusi terhadap menuntaskan revolusi bangsa, maka cita-cita revolusi oleh mahasiswa harus segera diwujudkan dengan langkah-langkah demokratik. Mahasiswa Revolusi ini kedepan diharapkan menjadi pelopor-pelopor dalam garis massa yang akan bertugas menjadi agitator dan propagandis untuk memberikan penyadaran akan pentingnya revolusi ditengah terpuruknya situasi bangsa akibat hegemoni rezim kapitalis dan komprador.


II. Visi Partai Mawar
Mengacu pada Visi Partai, maka Misi Partai adalah:

1.      Bidang Politik
- Menjaga tegaknya Keluarga Mahasiswa dengan menerapkan sistem pemerintahan yang demokratis, bersih, dan transparan (good governance) serta meluruskan tatanan dan relasi kelembagaan Keluarga Mahasiswa untuk menjaga proses check and balance sesuai dengan tatanan demokrasi yang menganut konsep three as political. Melakukan revisi undang-undang KM UPN untuk menemukan pola relasi yang tepat antara BEM Universitas – BEM Fakultas - HMJ.  
-  Mendorong terbentuknya lembaga-lembaga swadaya mahasiswa (LSM) yang otonom dan mandiri sebagai manifestasi dari kedaulatan mahasiswa, pilar demokrasi, penyalur aspirasi mahasiswa, dan pengontrol atas berjalannya tatanan perwakilan mahasiswa. 

-  Menegakkan fungsi kontrol BEM dan DPM terhadap kebijakan rektorat dan Negara dengan aktif merespon serta menyikapi isu-isu lokal, nasional, dan internasional
Reposisi kelembagaan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di dalam Student Government agar lebih sesuai dengan kelembagaan trias politica serta mendorong terciptanya kualitasi dan mutu UKM sebagai media pengembangan skill mahasiswa.
-  Melaksanakan referendum sebagai prinsip dan mekanisme. Referendum dalam hal ini adalah wujud dari pelaksanaan partisipasi demokratik setiap mahasiswa dalam menentukan kehidupan ekonomi, sosial dan politik di kampus. 

-  Kuota 50% bagi perempuan dalam lembaga – lembaga kampus.
Sisa – sisa budaya patriarkhi dan feodalisme yang masih melekat pada sistem sosial masyarakat kita, membuat kebanyakan kaum perempuan merasa tidak berkepentingan untuk berpartisipasi dalam organisasi. Maka dari itu, kuota 50% ini digunakan untuk mengikis sisa – sisa budaya patriarkhi dan feodalisme serta meningkatkan peran serta kaum perempuan. 
-  Menjadikan Fungsi DPM sebagai wadah aspirasi perwakilan dan legislasi dalam setiap UU kemahasiswaan dan dilibatkan dalam rumusan aturan-aturan yang berkaitan tentang kemahasiswaan. 

2. Bidang Pendidikan
-  Aktif menganalisa, mengkaji, dan menuntut perubahan kurikulum-kurikulum yang dipandang tidak sesuai dan tidak dibutuhkan di masing-masing jurusan. Di samping itu, mendorong BEM dan semua mahasiswa untuk menuntut agar perwakilan mahasiswa terlibat dalam perumusan kurikulum. 
-  Menuntut tenaga pengajar (dosen) yang betul-betul berkualitas dan mempuni di bidangnya. 
-  Menuntut pendirian laboratorium program studi di masing-masing jurusan sebagai media pengembangan lembaga research dan ilmu pengetahuan. 
-  Menciptakan sistem belajar-mengajar yang kondusif dengan mendorong terbentuknya forum-forum studi dan diskusi-diskusi publik di kampus. 
-  Membangkitkan iklim dan gairah berorganisasi mahasiswa dengan menuntut agar oraganisasi ekstra kampus diberikan ruang promosi dan diperbolehkan menggunakan fasilitas-fasilitas kampus. 
-  Menuntut kesejahteraan bagi tenaga pengajar, buruh serta karyawan di kampus. 
-  Menuntut dihapuskannya kebijakan presensi 85% untuk diganti dengan kebijakan yang lebih rasional dalam meningkatkan kualitas mahasiswa.

WUJUDKAN PEMERINTAHAN MAHASISWA YANG BERSIH, ILMIAH, FEMINIS, DEMOKRATIS, EKOLOGIS SERTA MODERN !
HIDUP MAHASISWA !

Berdarah Juang untuk Revolusi...

MAWAR UNTUKMU, UNTUKMU REVOLUSI .

Share/Save/Bookmark More aboutPROGRAM PARTAI MAHASISWA REVOLUSI ( P MAWAR UPN )

Pernyataan Sikap Politik Tttg PEMILU RAYA MAHASISWA UPN !

Diposting oleh sebastian-Nomor1 on Minggu, 20 Maret 2011

PEMILIHAN PRESIDEN MAHASISWA UPN “V” Yogyakarta 2010 : MEMASUNG HAK DEMOKRATISASI KAMPUS

oleh : Sebastian (PJ Komisariat PEMBEBASAN UPN dan Mahasiswa FISIP UPN 09)

Kata “demokrasi” mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita, apalagi dilingkungan kampus UPN “V” Yogyakarta yang notabene adalah lingkungan tempat para intelektual beraktifitas. Demokrasi adalah merupakan </span><span>sebuah sistem yang menjunjung tinggi nilai-nilai tentang partisipasi, keterbukaan, persamaan hak, transparansi, keadilan, dan Hak Azasi Manusia. Perlu dicatat bahwa indonesia saat ini adalah merupakan negara yang menggunakan sistem demokrasi yang baik dan kondusif, walaupun masih ada cacat di sana – sini.

Demokratisasi kampus

Dalam konteks dan kerangka negara demokrasi, budaya partisipasi adalah salah satu pilar pokok penyangga keberlangsungan pemerintahan. Tanpa partisipasi dari masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung, demokrasi akan mati dan sekadar slogan. Tanpa partisipasi yang luas dari publik, kita yakin keran-keran demokrasi akan tersumbat dan dinamisasi kehidupan negara akan terancam.
Lalu kalau melihat dikampus kita UPN “V” Yogyakarta yang merupakan kampus “KEJUANGAN” ternyata nilai – nilai demokrasi sudah sedemikian terancam. Hal itu tampak pada pemilihan Presiden mahasiswa tahun ini. Bahwa dengan persyratan harus menyediakan 1000 KTM baru bisa mencalonkan diri menjadi calon Presiden membuat tidak semua mahasiswa UPN memiliki kesempatan untuk ikut serta menjadi calon presiden mahasiswa UPN “V” yogyakarta. Hanya orang – orang yang memiliki kawan yang banyak yang bisa mencalonkan diri yang belum tentu memiliki kapasitas sebagi presiden. Hal tersebut sesungguhnya sudah mengancam budaya partisipasi. Padahal dampak dari pemilihan presiden mahasiswa ini akan dirasakan oleh semua mahasiswa di UPN “V” Yogyakarta.

Elit – elit mahasiswa di UPN “V” Yogyakarata juga tidak pernah menyediakan konsultasi publik atau public hearing kepada seluruh mahasiswa, sehingga bisa disimpulkan produk aturan pemilu kali ini di buat hanya berdasarkan selera dan sekehendak hati mereka saja.
Tidak adanya transparansi dan keterbukaan bagi seluruh mahasiswa di UPN “V” Yogyakarta mengenai bagaiman proses pembentukan KPU dan juga aturan – aturan yang ada juga Tanpa seluruh mahasiswa ketahui tiba – tiba sudah muncul KPU dan juga aturan - aturannya menegasakan bahwa tidak ada lagi nilai – nilai demokrasi di dalamnya.

Kita semua sepakat bahwa Pemilu Presiden mahasiswa UPN ‘V” Yogyakarta 2010 memang bukan pemilu yang demokratis.</span>
Yang harus kita lakukan!!
Lalu apakah hal seperti ini kita biarkan saja? Kita semua sepakat menjawab “TIDAK” kita tidak boleh membiarkan hal ini berlangsung begitu saja tanpa adanya perlawanan dari mahasiswa. Kita tentu masih ingat tahun 1998 mahasiswa dan kaum intelektual kampus lainnya yang mengusung dan memperjuangkan sebuah sistem pemerintahan yang demokratis yang berhasil menumbangkan rejim soeharto yang begitu otoriter dan memiliki kekuatan dari segala sektor.
Sudah saatnya kita satukan kekuatan, hilangkan sedikit arogansi jurusan untuk menyingkirkan pihak – pihak yang anti demokrasi.
Jangan biarkan demokrasi yang sudah susah payah diperjuangkan menjadi hilang di kampus sebesar UPN “V” Yogyakarta.

Tolak pemilu pemilihan presiden mahasiswa yang tidak demokratis!!
Hancurkan pihak – pihak yang anti demokrasi!

Tuntutan mendesak !!!

  1. Menolak hasil kongres XI karena tidak demokratis
  2. Menolak formatur kepengurusan BEM Keluarga Mahasiswa UPN Yogyakarta
  3. Kepada BEM F, HMJ dan OKA-Oka yang Vakum untuk Segera berkonsolidasi
  4. Pemilu dan Kongres harus diulang dengan cara-cara demokratis
  5. Aksi Mahasiswa UPN !!!

Share/Save/Bookmark More aboutPernyataan Sikap Politik Tttg PEMILU RAYA MAHASISWA UPN !

Komersialisasi Pendidikan Tinggi

Diposting oleh sebastian-Nomor1 on Senin, 14 Maret 2011




Perguruan tinggi merupakan suatu wadah yang digunakan untuk Research & Development (R&D) serta arena penyemaian manusia baru untuk menghasilkan generasi yang memiliki kepribadian serta kompetensi keilmuan sesuai bidangnya. Secara umum dunia pendidikan memang belum pernah benar-benar menjadi wacana publik di Indonesia, dalam arti dibicarakan secara luas oleh berbagai kalangan, baik yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung dengan urusan pendidikan. Namun demikian, bukan berarti bahwa permasalahan ini tidak pernah menjadi perhatian.



Munculnya berbagai cara yang mengarah pada pelanggaran etika akademik yang dilakukan perguruan tinggi kita untuk memenangkan persaingan, menunjukkan bahwa pendidikan kini cenderung dipakai sebagai ajang bisnis. Pola promosi yang memberikan kemudahan dan iming-iming hadiah merupakan suatu gambaran bahwa perguruan tinggi tersebut tidak ada inovasi dalam hal kualitas pendidikan. Kecenderungan tersebut akan menghancurkan dunia pendidikan, karena akhirnya masyarakat bukan kuliah untuk meningkatkan kualitas diri, melainkan hanya mengejar hadiah & gelar untuk prestise. Kondisi pendidikan tinggi saat ini cukup memprihatinkan. Ada PTS yang mengabaikan proses pendidikan. Bahkan ada PTS yang hanya menjadi mesin pencetak uang, bukan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Hal Ini yang membuat persaingan menjadi semakin tidak sehat.



Produk lulusan perguruan tinggi yang proses pendidikannya asal-asalan dan bahkan akal-akalan, juga cenderung menghalalkan segala cara untuk merekrut calon mahasiswa sebanyak-banyaknya, dengan promosi yang terkadang menjebak dengan iming-iming hadiah yang menggiurkan. Apakah ini gambaran pendidikan berkualitas ?. Semoga masyarakat dan orang tua yang akan menyekolahkan putra putrinya tidak terjebak pada kondisi tersebut dan lebih bijak dalam memilih perguruan tinggi, sehingga putra-putrinya tidak terkesan asal kuliah.



Ditengah besarnya angka pengangguran di Indonesia yang telah mencapai lebih dari 45 juta orang, langkah yang harus ditempuh adalah mencari pendidikan yang baik dan bermutu yang dibutuhkan pasar. Bukan
hanya murah saja dan asal. Tidak dipungkiri lagi bahwa selama ini, dunia industri kesulitan mencari tenaga kerja dengan keahlian tertentu untuk mengisi kebutuhan pekerjaan. Bila membuka lowongan, yang melamar biasanya banyak, namun hanya beberapa yang lulus seleksi.



Pasalnya jarang ada calon pegawai lulusan perguruan tinggi atau sekolah, yang memiliki keahlian yang dibutuhkan, karena kebanyakan berkemampuan rata-rata untuk semua bidang. Jarang ada yang menguasai bidang-bidang yang spesifik. Hal ini tentunya menyulitkan pihak pencari kerja, karena harus mendidik calon karyawan dulu sebelum mulai bekerja.



Sebagian besar perguruan tinggi atau sekolah mendidik tenaga ahli madya (tamatan D.III) tetapi keahliannya tidak spesifik.



Lebih parah lagi, bahkan ada PTS di Jakarta yang memainkan range nilai untuk meluluskan mahasiswanya, karena mereka takut, ketika selesai ujian akhir (UTS/UAS) banyak mahasiswanya yang tidak lulus alias IP/IPK nasakom. Sehingga mereka lulus dengan angka pas-pasan yang sebenarnya mahasiswa tersebut tidak lulus. Ini adalah cermin dari proses
PEMBODOHAN BANGSA bukan mencerdaskan BANGSA. Dalam hal ini semua pihak harus melakukan introspeksi untuk bisa memberi pelayanan pendidikan yang baik & berkualitas. Kopertis, harus bersikap tegas menindak Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang melanggar dan mensosialisasikan aturan yang tak boleh dilanggar oleh PTS. Pengelola perguruan tinggi juga harus menghentikan semua langkah yang melanggar aturan. Kunci pengawasan itu ada secara bertahap di tangan Ketua Program Studi, Direktur, Dekan, Rektor dan Ketua Yayasan.



Selain itu pula, apa yang menjadi barometer yang menunjukkan eksistensi sebuah perguruan tinggi? Untuk saat ini opini publik dan beberapa kalangan masyarakat bahwa eksistensi sebuah Perguruan Tinggi dilihat dari kuantitas mahasiswanya bukan kualitasnnya. Nah ini jelas sudah terlihat faktanya bahwa pendidikan di Indonesia hanya menjadi komoditi bisnis semata.



Menatap masa depan berarti mempersiapkan generasi muda yang memiliki kecintaan terhadap pembelajaran dan merupakan terapi kesehatan jiwa bagi anak bangsa, harapan kami semoga
komersialisasi pendidikan tinggi tidak menjadi sebuah komoditi bisnis semata, akan tetapi menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal ditengah kompetisi global. mulailah dari diri sendiri untuk berbuat sesuatu guna menciptakan pendidikan kita bisa lebih baik dan berkualitas, karena ini akan menyangkut masa depan anak-anak kita dan Juga Bangsa Indonesia.

Share/Save/Bookmark More aboutKomersialisasi Pendidikan Tinggi

Catatan Klasik permasalahan Mahasiswa UPN

Diposting oleh sebastian-Nomor1

Pendidikan yang semakin komersil
Semakin hari semakin kita rasakan bagaimana pendidikan yang ada di Indonesia termasuk di kampus kita tercinta, UPN V Yk, semakin mengarah pada komersialisasi pendidikan. Hal ini dapat kita lihat dengan meningkatnya biaya pendidikan setiap tahunnya (mis: kenaikan biaya SKS untuk SP tiap tahunnya, kenaikan SPP dan SKS setiap tahun ajaran baru) serta berbagai kebijakan – kebijakan yang diterapkan untuk mengatur para peeserta didik.
Kebijakan seperti absensi 85%, system DO, penghapusan mata kuliah yang tidak relevan dengan dunia kerja, dsb, dikatakan mengarah kepada komersialisasi pendidikan. Kenapa? Karena dari kebijakan tersebut terlihat arah dari system pendidikan bukanlah untuk meningkatkan mutu dan kualitas peserta didiknya akan ilmu pengetahuan akan tetapi mencoba untuk menciptakan mahasiswa yang pragmatis dengan dunia kerja.
Tidak juga boleh kita lupakan kepentingan pemilik modal di dalamnya. Dengan mempersingkat masa studi, pasokan tenaga kerja berkeahlian dapat terjamin. Dan ketika pasokan melebihi permintaan, maka prinsip-prinsip pasar tenaga kerja untuk tenaga kerja berkeahlian dapat berlaku. Semakin besar jumlah lulusan perguruan tinggi, semakin tinggi posisi tawar para pemilik modal dan semakin rendah posisi tawar buruh berkeahlian tersebut.
Sementara itu, mahasiswa memiliki kemampuan yang jauh lebih berkurang karena yang dipelajarinya kini adalah serpihan-serpihan dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertugas hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan pragmatis industri. Pengebirian kapasitas ilmiah juga ternyata tetap tidak menjamin tingginya kemampuan lulusan perguruan tinggi dapat beradaptasi dengan lingkungan kerja karena inovasi-inovasi di industri berjalan setiap tahun sedangkan dunia pendidikan berubah kurikulum dan fasilitas setiap 5-10 tahun. Wajar jika kemudian rata-rata kualitas lulusan pendidikan tinggi Indonesia sering kali di bawah standar negara-negara lain.

Fenomena BKM (Bantuan Khusus Mahasiswa)
Akhir – akhir ini BKM menjadi isu hangat dalam perbincangan mahasiswa. Pemerintah menetapkan akan memberikan bantuan sebesar 500rb per semester kepada 400rb mahasiswa di seluruh Indonesia (keterangan Aburizal Bakrie, Menko kesra, 28 Mei 08 di forum pembaca Kompas). Kebijakan yang dikeluarkan sebagai kompensasi kenaikan harga BBM saat ini apakah menjadi solusi atas persoalan pendidikan sekarang?
Ternyata tidak!!! BKM tidak menjadi solusi atas persoalan mahalnya biaya pendidikan yang tidak bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat dan persoalan orientasi pendidikan yang tidak bermuara pada peningkatan mutu dan kualitas peserta didiknya.

KONGRES Keluarga Mahasiswa UPN…. Partisipasi langsung mahasiswa???
Dalam situasi politik saat ini, mahasiswa tidak mempunyai kesempatan untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan baik itu dengan birokrasi maupun dalam organisasi kemahasiswaan itu sendiri. Sehingga yang terjadi adalah pembatasan hak – hak politik mahasiswa, serta pereduksian kesadaran mahasiswa. Berbagai kebijakan yang menyangkut bidang pendidikan seperti kenaikan biaya SKS pada saat SP, penghapusan mata kuliah, penerapan absensi 75% tidak pernah melibatkan pastisipasi langsung mahasiswa. Yang ada hanyalah sosialisasi yang tidak lebih sekedar formalitas belaka.
Sudahkah Kongres Keluarga Mahasiswa UPN sebagai mekanisme tertinggi dalam pengambilan keputusan menjadi sebuah wadah bagi mahasiswa untuk berpartisipasi secara langsung? Ternyata belum. System demokrasi perwakilan yang menghegemoni sekarang membuat kepesertaan kongres menjadi terbatas, sehingga tidak seluruh mahasiswa UPN V Yk, mampu untuk berpartisipasi secara langsung dalam proses pengambilan keputusan.
Bahkan bisa dipastikan tidak ada pembukaan ruang – ruang diskusi (pra Kongres ataupun dalam kesehariannya) untuk membahas persoalan – persoalan kampus, sehingga persoalan – persoalan kampus hanya menjadi perbincangan di pimpinan organisasi.
Adanya persoalan apatisme mahasiswa, seperti sudah dijelaskan di atas, harus kita pahami bahwa ini merupakan dampak dari kebijakan yang memang tidak berpihak pada peningkatan kualitas pendidikan, tapi menciptakan mahasiswa yang berpikiran pragmatis dengan dunia kerja. Solusinya bukanlah dengan menutup ruang – ruang demokrasi bagi mereka akan tetapi harus dibuka ruang – ruang demokrasi, partisipasi langsung mahasiswa dalam proses pengambilan keputusan, pendidikan politik secara kontinyu, yang kesemuanya itu dapat dilakukan dengan metode sekreatif mungkin.
Inilah persoalan persatuan sebenarnya, bukan persoalan antara kelompok satu dengan yang lain. Akan tetapi, bagaimana sekarang mahasiswa tidak memiliki ruang untuk berpartisipasi secara langsung, memperoleh kedaulatannya.
Berdasarkan kondisi di atas maka kami dari Mahasiswa Revolusi menyerukan:
1. Tolak Komersialisasi Pendidikan
2. Wujudkan pendidikan gratis, Ilmiah Demokratis, serta bervisi kerakyatan
3. Kikis sistem demokrasi perwakilan dengan pendidikan dan bacaan kepada seluruh mahasiswa
4. Bangun pemerintahan mahasiswa yang demokratis untuk mewujudkan kedaulatan mahasiswa.


**Kawan-kawan dapat memberikan tanggapan terhadap tulisan ini di blog kami dan jika kawan-kawan sepakat dengan program atau wacana yang diserukan oleh MAWAR, kami mengajak kawan-kawan untuk bergabung bersama dengan Partai Mawar.


Share/Save/Bookmark More aboutCatatan Klasik permasalahan Mahasiswa UPN

Curiculum Vitae

Diposting oleh sebastian-Nomor1 on Minggu, 13 Maret 2011

Nama: S. Sebastian
Tempat/ Tanggal Lahir  :

Share/Save/Bookmark More aboutCuriculum Vitae

SITUASI KAMPUS UPN YOGYAKARTA

Diposting oleh sebastian-Nomor1


Share/Save/Bookmark More aboutSITUASI KAMPUS UPN YOGYAKARTA